Bahasa Bersifat Arbitrer
Bahasa Bersifat Arbitrer- Bahasa adalah
suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerjasama dan identifikasi diri. Bahasa memiliki berbagai
macam sifat. Salah satu sifat bahasa yaitu arbitrer.
Kata arbitrer dapat diartikan dengan tidak
adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep
atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Arbitrer bisa juga disebut
manasuka dan bisa muncul tanpa alasan. Setiap bahasa yang ada di dunia
terbentuk tidak berdasarkan sistem dan proses yang sama.
Kata (sebagai lambang) dalam bahasa bisa muncul
tanpa adanya hubungan logis dengan yang dilambangkannya. Umpamanya, kata
“burung” yang didefinisikan “sejenis binatang vertebrata yang mempunyai sayap
dan bertelur”. Kita tidak dapat menjelaskan mengapa binatang tersebut
dilambangkan dengan bunyi “burung” dan bukan berbunyi “birung”,”borung”, atau
lambang lainnya.
Begitu juga dengan lambang “pohon” yang didefinisikan
“tumbuhan yang berbatang keras dan besar”. Masyarakat arab tidak melambangkan
tumbuhan yang berbatang keras dan besar itu dengan sebutan “pohon”, namun
mereka melambangkannya dengan “ شَجَرَةٌ”.
Pelambangan seperti di atas tidaklah bersifat
individual. Sifat arbitrer itu hanya berlaku dalam masyarakat bahasa dalam
bentuk kesepakatan bersama atau konvensional. Jadi, masyarakat berbahasalah yang
secara “manasuka” menentukan lambang-lambang dalam bahasa dan menentukan pula
wujud yang dilambangi oleh lambang-lambang itu.
Dengan demikian, Seandainya saja ada hubungan wajib
antara lambang dengan yang dilambangkan, tentu lambang yang ada dalam bahasa
arab “أَسَدٌ” akan disebut juga “أَسَدٌ” dalam bahasa Indonesia, bukan (singa). Apabila ada hubungan
wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya tentu tidak akan ada perbedaan
bahasa, bermacam-macam bahasa. Tentunya yang terjadi hanya ada satu bahasa di
muka bumi ini.
Ada memang kata-kata tertentu yang bisa
dihubungkan secara logis dengan benda yang dirujuknya, seperti kata “berkokok”
untuk bunyi ayam, “menggelegar” untuk menamai bunyi halilintar atau mencicit
untuk bunyi tikus. Akan tetapi, fenomena seperti itu hanya sebagian kecil saja
dari keseluruhan kosakata dalam suatu bahasa.
PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan jangan sungkan hubungi kontak kami dengan Klik Disini atau nomor berikut
08987120195
- Terima kasih.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar Disqus
Tutup Komentar